Intuisi Seorang Mama

Aku memang belum menjadi seorang ibu, tapi aku masih punya seorang yang ku panggil mama.. 
Senin, 20 Juli 2015.
Hari itu kami berjalan disebuah Mall, kala itu Intuisi Hawa ku memberikan isyarat harus berbicara jujur dengan mama. Aku bertanya soal bagaimana ciri-ciri pria yang baik untuk dijadikan calon pendamping hidup yang baik? serius aku bukan tidak tahu mana pria yang baik dan tidak tapi topik ini tidak pernah kami bahas sebagai kaum hawa dalam konteks hubungan kami adalah antara Ibu dan anak perempuannya selama hidup 22 tahun. Aku kembali harus mengosongkan gelas pemahaman yang ku isi tentang ciri-ciri pria yang baik untuk dijadikan pendamping hidup dan tentang keluarga bahagia versi ku.

Mama bicara bahwa Pria yang baik adalah Pria yang bisa dipegang janjinya, dia bisa tepati apa yang dia ucapkan sebagai janji. Pria yang baik bertanggung jawab, membawa kamu dekat pada Tuhan dan kedua bela pihak keluarga. Pria yang baik menjaga kamu, mengasihi kamu dengan tulus hati.Pria yang baik selalu berjuang membuktikan cintanya, dia dewasa dan tidak pernah kasar terhadap perempuan. 

Lalu kami terdiam dalam pembicaraan cangung ini. 

Kemudian aku bertanya kembali, seperti apa wanita yang baik untuk dijadikan pasangan hidup? Mama tersenyum dan berkata Wanita baik jarang mengeluh tidak bisa, wanita harus bisa mengurus kehidupan sendiri, harus mandiri supaya bisa mengurus rumah tangga, harus menjaga arti kesetiaan dan komitmen. Cinta bisa hilang tapi komitmen itu akhirnya yang menjaga kesetiaan serta cinta dalam keluarga. Wanita yang baik harus bisa mengatur keuangan, mengalah pada egoisnya untuk kebahagian bersama.

Aku akhirnya berhenti sejenak teringat kisahku dimasalalu. Aku bertanya tentang mengapa mama pernah tidak suka dengan pilihanku? Mama benar-benar diam 10 menit sambil sesekali menghela nafas dan mengelengkan kepala. Aku bisa merasakan dan melihat jelas kepahitan, kejengkelan mama terhadap pria yang dia nilai tidak baik itu.

Mama pernah tidak suka dengan pria pilihanku, 2 tahun aku menjalin hubungan ini semuanya terasa indah walaupun sering kali memilukan hati ketika hubungan ini dipaksakan berjalan tanpa restu. Aku memanggilnya Bintang terkadang bagiku dia bukan Bintang yang menemaniku dimalam hari, Dia itu bintang paling terang tercipta untuk tidak bisa bersama dengan Bulan pada malam hari. Bintang selalu memanggilku Bulan kami berharap bisa bersama selamanya seperti Bulan selalu ditemani Bintang saat malam tiba.
Mungkin air mata mama yang membasahi pipinya setiap kali berdoa supaya aku disandingkan dengan pria yang benar-benar baik itu didengar Sang Khalik. 

Pria itu akhirnya memang hanya menjadi seperti matahari dan aku tetap jadi bulan yang tidak pernah bersatu, jangan kau tanya rasanya "Seperti apa perpisahaan karena perbedaan?" karena rasanya itu antara marah, sedih dan tergoncang berat akibat perpisahaan ini yang kurasa. Sampai aku berkali-kali bertanya "Mengapa Sang Khalik memberi rasa cinta namun tidak memberikan izin kita untuk bersama?"

Kita ini bagai Matahari hanya selamanya menatap Bulan dari jauh, kita memang tidak pernah bisa bersatu karena akan ada duka menyelimuti Bumi. Kita manusia paling egois jika bersikeras bersatu, berapa banyak air mata dan hati yang terluka jika hubungan ini terus berlanjut dalam ketidak pastian?

Aku selalu berdoa untuk bintang paling terang itu kamu Matahari, semoga kita yang tidak tertakdirkan bersisian akan bertemu dengan kebahagiaan sejati kita masing-masing. Aku baik-baik saja meski kamu tahu aku tidak dalam keadaan benar-benar baik. Sesekali aku merindukan hangatnya pelukanmu, tatapan matamu yang mengisyaratkan cintamu padaku yang sudah tidak pernah kurasakan lagi. Kini aku berjalan mewujudkan mimpi-mimpi kita yang kandas, sampai berjumpa dibelahan bumi bagian lain. Aku tahu kau benar-benar menghilang untuk menghapus semua kenangan kita, maka aku tidak. Aku belajar berdamai dengan keadaan ini sambil tidak terburu-buru memulai cinta yang baru. Aku dengar kabarmu setelah satu minggu perpisahan kita, kamu sudah menemukan pasangan barunya, semoga kamu selalu berbahagia bersama cinta barumu.

Keheningan diantara mama dan aku akhirnya berhenti,setelah aku bersuara. Mama akhirnya tahu aku dan pria itu sudah tidak bersama, kami sudah tidak pernah bertemu, komunikasi, bahkan batang hidungnya saja aku tidak pernah melihatnya lagi. Disitu mama sudah lebih lega, akhirnya mama ikut bersuara setelah mendengar hal itu. 
"Kelak kamu akan menemukan pria yang tepat untukmu, Sang Khalik tidak pernah buta memberikan pasangan yang asal-asalan jika memang kita mau sabar pada waktuNya."

Percayalah bahwa semua akan indah pada waktunya, mungkin kita sering bertemu dengan seseorang yang tidak digariskan bersisian dengan kita, percayalah bahwa orangtua tidak harus selalu memberikan alasan logis ketika merasa memang tidak suka dengan pilihan kita. Orangtua, khususnya mama itu punya Intuisi Hawa yang sering kali memang agak sulit dijelaskan dengan logika tapi biasanya intuisi itu memberikan firasat kuat yang akhirnya hanya tinggal tunggu waktu untuk membuktikannya. Sesekalinya, kita merasa hubungan kita dengan orangtua tidak baik, ingatlah selalu bahwa merekalah tempat kita untuk kembali pulang karena cinta orangtua selalu ada untuk anak-anaknya.

Salam hangat,
Melisa Dawson



Komentar

Postingan Populer