"Don't judge me" sebuah kalimat pembenaran masa kini ?



Pasti di antara kita anak muda kekinian sering kali mendengar selogan-selogan atau quotes "Don't judge me,......" dengan berbagai macam versi yang sering kali kita temui saat berseluncur di dunia internet. Saya entah kenapa dulu juga termasuk kaum yang tydak (baca : tidak) suka ada pada kondisi dihakimi, apalagi kedapatan lagi melakukan kesalahan atau ada sikap saya yang kurang disukai orang lain pada masa remaja waktu itu, jika ada kritik sedikit yang mampir pada saya rasanya darah muda saya sering kali mudah bergejolak naik dan keluarlah kalimat pembenaran "Don't judge me, karena hanya Tuhan yang sempurna kenapa manusia harus menilai sesama manusia?" atau "Jangan menghakimi jika kamu tidak ingin dihakimi, hanya Allah sajalah hakim yang adil."(Thassahhh...Edisi Rohani sekaliii...).

Mari kita lihat dan coba pahami kata Judge menurut kamus terlebih dahulu, sebelum kita cepat bereaksi mengucapkan kalimat tersebut, seolah menjadi kalimat pembenaran dan justru seperti memaksa orang lain memahami diri kita yang tydak ingin dihakimi.

Menurut kamus bahasa Inggris - IndonesiaJudgement putusan pengadilan pertimbangan keputusan To Judge mengadili menghakimi menilai 1ha·kim n 1 orang yg mengadili perkara (dl pengadilan atau mahkamah): keputusan -- tidak dapat diganggu 

gugat; 2 pengadilan: perkaranya sudah diserahkan kpd --; 3 juri; penilai (dl perlombaan dsb);main -- sendiri (menjadi -- sendiri), ki berbuat sewenang-wenang thd orang yg dianggap bersalah;ber·ha·kim v meminta supaya diadili perkaranya kpd: hendaklah ~ kpd orang yg jujur;~ kpd beruk, pb meminta pengadilan kpd orang yg tamak niscaya akan rugi;meng·ha·kimi v mengadili atau berlaku sbg hakim thd: penduduk mengerti bahwa mereka tidak boleh ~ sendiri pencopet yg tertangkap itu;peng·ha·kim·an n proses, cara, perbuatan menghakimi;ke·ha·kim·an 1 n urusan hakim dan pengadilan; 2 segala sesuatu yg berkenaan dng hukum (undang-undang, pengadilan, dsb) 2ha·kim n orang pandai-pandai, budiman, dan ahli; orang yg bijak.Menghakimi [KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA]

Apa pandangan alkitab tentang menghakimi ? Saya tidak akan terlalu banyak membahas dari sisi alkitab, tapi sering kali orang kristen sangat akrab dengan ayat ini Matius 7:1, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” mengucapkannya tanpa pernah betul-betul mau pahami konteks keseluruhannya isi alkitab, apa betul sama sekali orang kristen tidak boleh menghakimi sesama nya? Apa menghakimi selalu berkaitan dengan menghukum seseorang ? Apa penghakiman selalu identik manusia menerima penghukuman ? Dalam beberapa artikel yang saya baca bahwa di Alkitab sendiri tidak selalu bicara penghakiman tidak selalu melulu tentang Allah menghukum manusia, kata Judge dalam bahasa Yunani, Krino yang artinya menghakimi dan ada turunan katanya juga Anakrino yang artinya mengacu pada memeriksa atau menilai. Kata Krino juga memiliki turunannya dengan rentang arti yang cukup luas, antara lain “memutuskan,” “berpendapat,” “menganggap,” “mempertimbangkan,” “memeriksa,” “menilai,” dan “menghukum.” 

Jika secara berlebihan kita menyerukan "Orang Kristen itu tidak boleh menghakimi sesamanya" berarti secara manusiawi apakah manusia secara umum dan tentunya orang orang kristen tidak boleh memberikan tanggapan, pendapat, memeriksa dan menilai dalam segala hal? Apakah kita hanya boleh diam ketika melihat keadaan sekitar kita berlaku tidak adil? Melihat negara kita ini terjadi kekacauan kita bersikap cuek saja tidak ada niatan menyuarakan kebeneran? Apakah kita hanya boleh menerima saja keadaan orang-orang terdekat kita tidak sadar hidupnya sudah mau jatuh ke pinggir jurang? Apa kita hanya diam saja saat adik atau kakak kita hidup dengan sikap-sikap yang kasar terhadap sesamanya dengan kalimat pembenaran "Don't judge him/her, dia memang dari sananya udah begitu sikapnya udah kurang ajar dari masih bocah. Salah didikan sih. tapi mau gimana, kalau kepo nanti kita dipikirnya malah ngejudge dia dan makin down." 

Sadar gak sadar kita terlalu mudah menjadikan kalimat "Don't judge me/him/her" atau "Orang Kristen tidak boleh saling menghakimi" karena pada dasarnya kalau mau jujur kita menjadikannya itu sebuah kalimat PEMBENARAN TERHADAP SATU SIKAP, KEADAAN YANG KURANG TEPAT DENGAN TAGLINE "YA UDAHLAH EMANG UDAH BEGITU DARI SANANYA, TERIMA AJA SIH APA DADANYA (UPPSSS.... APA ADANYA)!

Lah, terus boleh donk kita menghakimi sesama ? Yap boleh, dalam konteks yang harus tepat juga. Dalam konteks Matius 7:1-5, TUHAN MELARANG PENGHAKIMAN YANG MUNAFIK. Hal ini terlihat jelas dari nasihat Tuhan: “keluarkanlah dahulu balok dari matamu.” Tuhan tidak ingin orang yang hanya ingin mengorek kesalahan orang lain sebagai suatu serangan, padahal dirinya melakukan kesalahan yang sama dan yang lebih besar lagi. Jadi sebelum menghakimi orang lain pastikan dirimu sendiri tidak jadi batu sandungan buat orang lain. 

Memang tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, tapi judge yang bertujuan untuk menegur, memberikan kritikan dan penilaian (mengoreksi) itu sangat amat perlu dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di rumah, di sekolah, di kuliah, di kantor, dsb. 

Semua manusia butuh alat ukur "penilaian" yang tertulis atau yang tidak tertulis tujuannya bukan untuk memberikan hukuman lebih mengarahkan perbaikan apabila ada hal yang kurang tepat. 

Berkaitan soal penilaian seperti yang saya sebutkan di atas. Manusia setidaknya pernah bertemu dengan penilaian yang tertulis tentu dengan alat bantu ujian, test, nilai rapot, dsb. yang bisa mempengaruhi orang tersebut bisa atau tidaknya orang tersebut naik atau lulus. Penilaian yang terlihat mungkin lebih mudah, kalau merah atau gagal tentu kita tahu indikatornya dan harus lebih giat lagi supaya tidak mendapat nilai yang gagal.

Penilaian yang tidak tertulis atau tidak terlihat inilah bagian yang lebih sulit, berkaitan dengan nilai dan norma yang berlaku, soal sikap kita terhadap orang lain. Misalnya seorang atasan bisa menilai apakah karyawannya tipikal orang yang gigih, tidak malas, tulus hati atau seorang bermuka dua, pemalas dan penjilat? hal-hal yang tidak bisa dinilai secara tertulis, hanya bisa dirasakan melalui interaksi serta pengamatan (Ujian tak tertulis lebih bahya kadang kita tidak tahu kapan pengamatan dari orang lain itu tiba). Apabila atasan tersebut menilai karyawan tersebut pemalas, suka gosip saat jam kerja, tidak taat aturan, bersikap kasar dengan sesama karyawan dan posisi karyawan yang lebih di bawahnya. Jikalau atasan memberikan masukan, kritik dan saran (judge) bukan berarti tidak boleh, tentu sangat boleh. Demi perubahan orang tersebut lebih baik dalam sikapnya. Jadi jangan mudah tersingung jikalau ada orang yang seolah-olah menjudge hidup kita, jangan juga berkata "Saya memang sudah begitu, tidak akan bisa berubah." atau "Jangan paksa saya berubah, terima saja saya begini adanya." atau "Jangan campuri urusan dan keburukan saya, tak perlu urusi hidup saya.", dsb.

Tentu ada langkah-langkah dalam memberikan judgement (penilaian atau mengoreksi) kepada seseorang :

1. Tegurlah dengan kasih, bukan karena kita ingin terlihat lebih "baik" atau "unggul" dari orang tersebut.

2. Nyatakan bagian yang tidak tepat / salah secara langsung kepada yang bersangkutan, bukan menyebarkan gosip secara meluas, secara empat mata. Tidak perlu menyatakan kesalahan orang lain di depan umum. Meski sulit, dan sayapun masih terus belajar menegur tidak di depan umum.

3. Belajar juga mendengar dan memahami kondisi orang lain yang melakukan kesalahan, atau ada sikapnya yang kurang baik, bantu orang tersebut berubah lebih baik. Tidak sekedar menerima-menerima saja, sebuah ayat mengingatkan kita besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Amsal 27 :17. 

4. Belajar juga menjadi pribadi yang mau menerima kritikan, ada banyak orang suka mengkritik tapi tidak mau menerima ketika dikritik kembali.

5. Ingat tugas kita hanya memberikan kritik, dan teguran. Perubahan itu terjadi pada kepribadi masing-masing ada yang cepat untuk sadar, ada yang masih sulit dan terus berjuang berubah lebih baik. Harap bersabar.

6. Berdoalah, sebelum menegur, ketika sudah selesai menyampaikan pendapat/teguran kepada orang yang bersangkutan agar semua teguran yang didapat murni bukan untuk saling menjatuhkan tapi untuk perbaikan diri masing-masing.

Berhentilah melakukan pembenaran diri dengan selogan "don't judge my life,....." Karena itulah yang membuat hidup kita stuck pada satu tempat, kita tidak berkembang ketika tidak mau membuka diri untuk orang lain masuk dalam hidup kita, memberikan judge berupa masukan dan kritik membangun itu boleh sebagai orang kristen asal untuk tujuannya jelas bukan untuk menjatuhkan tapi membangun dan dilakukan bukan di depan umum tapi menegur secara empat mata. Ketika manusia diberikan judge  (penilaian atau kriitik) tentu dan pasti responnya berbeda-beda ada yang menanggapinya dengan menilai ini kesempatan untuk memperbaiki diri lebih baik lagi, ada yang mungkin sudah mengklaim dirinya gak bisa berubah, ada yang mungkin sudah marah-marah duluan, atau ada yang akhirnya sakit hati ujung-ujungnya gak mau ketemu orang-orang yang suka menajamkan hidupnya agar gak sakit lagi.

Namanya bertumbuh pasti melewati masa-masa menyakitkan mungkin kita gak ngerti sekarang kenapa ayah atau ibu kita bawel luar biasa selalu mengoreksi hidup saya ? atau punya temen yang super duper tegas kalau saya sikapnya kurang baik?, dll. kita belum paham kenapa dalam hidup suka banyak yang seolah-olah menjudge kita , saya yakin semua itu jikalau memang tujuannya untuk membentuk pribadi kita lebih baik, lebih dewasa ya tinggal kitanya saja mau tidak berespon, melihat dari sudut pandang lain  judge tidak selamanya buruk, dan belajarlah menerima JUDGE yang sifatnya memang masukan dan kritik yang membangun bagi kebaikan banyak hal. 

-Selamat bertumbuh dalam sakit-

Salam hangat,
Melisa Dawson.






Komentar

Postingan Populer