Ada Disana (Telisik Project)

Rindu memanggilku pulang kekampung halamanku, Jakarta. Setelah menutut ilmu pascasarjana di Perancis selama 2 tahun,  saatnya untuk pulang. kata orang rumah sebenarnya akan selalu merindukan kepulangan anggotanya dan aku percaya soal itu.

Aku tiba ditempat yang kusebut rumah, rumah ini hanya berukuran 4x6 meter dengan cat putih yang sudah sedikit usang termakan waktu,serta beberapa pot tanaman milik ibu berjejer indah menghiasi rumah itu .Aku selalu merindukan kehangatan didalamnya.

"Ting...Tong.." Suara tekanan bel berbunyi.
Pintu terbuka dan aku melihat sosok wanita paruh baya dengan rambut yang sudah mulai memutih tersenyum menyambutku pulang.

"Mama rindu sama kamu, dek!" Mama memelukku erat sambil membelai rambut hitamku. Aku terdiam dalam pelukan hangat seseorang yang kupanggil mama. Mama sudah menyiapkan semua masakan kesukaanku hari itu.

Rasanya sudah 2 tahun berlalu, Mama memang sudah tinggal seorang diri merawat rumah ini bersama Papa, semenjak kedua kakakku menikah.

"Papa sedang istirahat siang dikamar, jadi tidak bisa menyambutmu datang." kata Mama sambil menata lauk pauk dimeja makan.

Aku berjalan meninggalkan Mama sejenak, Aku mampir melihat keadaan Papa yang juga sudah lanjut usia, dalam lelapnya pria yang sudah banyak kerutan diwajah itu memancarkan aura betapa ia berjuang sekuat tenaganya untuk menghidupi Aku dan kedua Kakakku.

Aku tersenyum dan merapihkan selimut untuk Papa yang sedang tertidur dengan sangat pelan-pelan agar dia tidak terjaga dalam tidur lelapnya. Kemudian aku berjalan menelusuri kamar kedua kakak lelakiku. Kamarnya digabung menjadi satu. Disitu aku melihat foto waktu kami masih sangat mengemaskan, aku begitu dikasihi oleh kedua kakakku meski keduanya berbeda. Ahh...Rumah ini memang banyak menyimpan kenangan.

Makan siangku ditemani mama, aku lebih banyak mendengar kisah kehidupanya sambil menikmati masakan lezat buatan ibu. Aku sangat suka mendengarnya bercerita soal kehiudpanya bersama papa. "Papa mu itu, dek. Gak pernah berubah suka sekali kumpulin foto-foto sejak dulu." Kata mama sambil tersenyum manis.

"Itukan hobi papa?" jawabku sambil tersenyum kecil.

"Dek, lihat foto ini...Foto pertamakali papa sama mama bertemu disini." Mamaku menujukan foto itu kepadaku lalu mulai bercerita kisah benar-benar pertamakali mereka bertemu yang belum pernah aku dengar.

Aku cepat menyudahi makan siang itu, untuk mendengar cerita mama meskipun sedikit lelah tapi tidak masalah bagiku bersama mama adalah waktu yang menyenangkan.
Mama bercerita awalnya dia tidak mengenal pria yang sekarang menjadi suaminya. Ditaman Impian Jaya Ancol mereka bertemu pertama kalinya, waktu itu papa itu berkenalan dengan mama melalui perantara teman sekampus.

Rupanya papa dan mama satu kampus beda jurusan. Papa waktu itu masih pemalu dan pendiam, berbeda dengan mama yang aktif dan mudah bergaul. Sampai disana ternyata mereka terpisah rombongan teman sekampus, hari itu benar-benar awal dari semua kisahnya.

Papa mulai serius mendekati mama, meski awalnya ragu-ragu karena merasa mama orang yang sangat cerdas dan berada. sampai satu waktu papa memberanikan diri mengapel rumah mama untuk sekedar berkenalan dengan keluarga mama.

Mama awalnya kaget ada pria seberani papa menginjakan kaki dirumahnya untuk sekedar mengenal keluarga dan meminta izin pada kakek dan nenek untuk minta izin mengenal mama lebih jauh. Rasanya antara percaya dan tidak percaya tapi mama bisa lihat keseriusan papa dari sana. 

"Dek, Kalau kamu cari pendamping hidup carilah yang sopan, dan bertanggung jawab meminta kamu baik-baik jadi pendamping hidup sama seperti papa minta izin untuk mau hidup dengan mama.." Mama memberikan wejangan kepadaku sambil tersenyum.

Aku hanya membalas senyuman mama, rasanya lupa bagiku untuk jatuh cinta setelah berulang kali gagal dalam berpacaran. Sepertinya mama tahu perasaanku. "Lebih baik gagal sebelum menikah dari pada gagal setelah menikah, Dek. Mama percaya kelak kamu akan punya kisah yang manis seperti papa dan mama juga kedua kakakmu yang sudah lebih dahulu menikah.

Aku mengangguk pelan, sebenarnya bukan tidak ada yang berusaha mendekatiku. Rupaku tidak seburuk yang kalian pikirkan kok ini serius. Aku hanya ingin menikmati kesendirianku. Meski dalam sendiri terkadang terasa sepi, tapi aku belajar sepi itu kawan dalam kehidupan ini. "Ya sudah sepertinya kamu cukup lelah, istirahatlah sejenak mumpung hari masih siang nanti mama bangunkan sebelum makan malam." Mama mengelus rambutku yang lembut dengan pelan.

Aku berjalan menuju kamar tidurku, mama sangat merawat kebersihan kamar anak-anaknya meskipun kami sudah jarang tinggal dirumah. Mama percaya bahwa kelak anak-anaknya akan pulang untuk merindukan kamarnya. Lagipula rumah ini pasti bisa dikunjungi kerabat lain yang ingin menginap, maka mama pasti selalu membersihkan kamar ini supaya siap sedia jika harus menerima tamu atau kerabat yang ingin bermalam dirumah ini.

Akhirnya tubuhku terbaring dipadang kapuk yang empuk ini, aku mulai menatap langit-langit kamarku yang penuh dengan poster, foto-foto kenangan dan lampu kerlap-kerlip. Hampir diseluruh sudut diding kamarku memang penuh dengan hiasan seperti itu. Aku kemudian terdiam mengambil foto kenagan diriku bersama Ruben sahabat kecilku. Sejak di Prancis aku terpisah jarak dan komunikasi dengannya. Apakabarnya manusia satu itu? bisikku dalam hati. Ku pejamkan mata ini dan menghela nafas panjang.

Saat itu aku melihat bayangan diriku waktu kecil bermain ditaman komplek, saat itu ada seorang anak laki-laki bertanya "bolehkah  ikut bermain bersama?" tentu sangat mengasyikan kami seharian bermain disana, bermain sepeda melaju mengikuti angin sepoy-sepoy, membuat istana layaknya cerita dongeng Putri dan Pangeran kecil. Waktu membawa kita terbang, sudah banyak hari-hari kami lewati sampai satu titik kami sadar ada rasa diantara dua manusia itu yang tidak sempat terucap karena tidak mau merusak persahabatan ini. Entah bayangan itu memudar semakin memudar.

Kala itu aku terjaga dari mimpi tidurku saat melihat cahaya putih yang menghilangkan sosok pria itu. Hem.. rupanya aku terlelap satu jam lamanya. Aku mendengar suara mama dan papa bicara dengan seseorang diruang tamu. Aku  merapihkan rambut dan pakaianku yang sudah tidak karu-karuan walau hanya terlelap satu jam. Mungkin ada teman papa atau mama yang mampir kerumah jadi lebih baik aku keluar dengan sikap sopan dan menghargai tamu pikirku.

.........

(Bersambung) 

Gambar 1. Lirik lagu dan ilustrasi Ada Disana.

Pesan penulis : Hai kembali lagi bersama Melisa Dawson,  ini adalah cuplikan cerita pendek yang aku tulis berdasarkan judul lagu Ada Disana.. Kalo ada kesamaan nama dan kejadian mirip mungkin terjadi karena kita berjodoh...hihih...maksudnya terjadi karena tidak sengaja. Nantikan ya cerita-cerita selanjutnya dan terus dukung dalam doa supaya kelak novel ini bisa diterbitkan jadi kamu bisa membaca ceritanya secara utuh dan lengkap...

Salam hangat dari hati yang terdalam,
Melisa Dawson


Komentar

Postingan Populer