Lebih siap untuk 2016

Jakarta, 27 Desember 2015

Aku tidak tahu tahun akan terjadi apa? Sebentar lagi tahun baru, seperti biasa sejak remaja aku sudah terbiasa membuat resolusi kalau orang bilang semacam harapan di tahun yang baru. Jauh sebelum memasukin akhir minggu bulan Desember, tepatnya saat November menjelang hari jadiku akhirnya aku menulis list yang harus aku lakukan nanti di tahun 2016.
Aku sudah membuat list yg harusnya dikerjakan selama 2016 yang berisikan cita2, harapan, dan list tanggung jawab plan yg harus aku lakukan. Aku balik lagi mikir sebenernya apa yg aku plan sama gak ya dengan jalanNya ? Lantas aku bukan merobek apa yg ku tulis tapi kembali lagi meminta petunjuk Dia. 

Aku menutup minggu terakhir ini, meski berat hati tapi aku percaya ada yg bisa di syukuri pada hari minggu ini.Aku bangun pagi dan terdorong untuk bisa beribadah tanpa aku harus susah2 bangun pagi dari hari2 biasanya. Pagi ini aku bangun sendiri tanpa dipaksa, bahkan aku yakin bukan karena alarm aku bangun tapi karena hati ku rindu mencari kedamaian bukan dari manusia, tapi dari Tuhan sang sumber kedamaian. 
Lama aku gak duduk diam mencari Tuhan dalam ibadah pasti selalu banyak yg aku sibukin selama beberapa tahun ini. 
Kala aku keluar duduk dimotor bersama koko ini adalah moment yang sudah lama, tidak beribadah pagi bersama koko. Terakhir kali sekitar SMA aku masih sering beribadah bersama.  Tuhan seperti menyapaku dengan langit yg cerah, aku sebenarnya masih melihat itu hal sederhana dan tidak peduli sampai koko aku bilang 

"Mel, langit pagi ini cerah dan teduh sekali ya." 

Aku terdiam dan menatap lama akhirnya aku sadar Tuhan kasih harapan untuk hari ini, Tuhan berikan cahayanya untuk menerangi hati manusia yg gelap. 

Berjalannya ibadah aku duduk di samping koko ku tenang, koko bilang satu hal 

"nanti kita berdoa tumpang di depan..kau berdoa dalam hati apa yg kau rasa, apa yg membuatmu takut, kesal, sedih..curahkan saja nanti ada yg menumpangkan tangan buat kita." Jujur aku bukan tipikal orang gampang percaya bukan juga meragukan kuasa doa-doaku pribadi di rumah toh hari ini aku mau ibadah tujuan nya menutup minggu ini bersama koko kami tidak pernah kebaktian bareng sama lagi pikirku, tapi entah kenapa semua gak ada kebetulan lewat firman Tuhan pagi ini aku di kuatkan, aku tidak ngatuk ketika menjalani ibadah paling pagi padahal tidur jam 1 pagi semalam dan bangun jam stgh 6. 

Tibalah sesi doa kami berdua dan banyak orang maju dan berdoa di depan altar Tuhan. Aku menyapa Tuhan pelan, hanya mulut berbicara pelan seperti komat kamit kecil karena ku takut menganggu semua yg sedang berlutut untuk berdoa, aku dan koko ku berlutut bersisian kemudian kami langsung di tumpangi tangan.

"percayalah bawa masa depan setiap kita sudah ada di tangan Tuhan, kau serahkan semua ketakutan mu karena masa depan sungguh ada buat anak2 yg hidup dalamNya.dalam kuasa Allah Bapa kami berdoa amin." 

Selesai ibadah Tuhan masih terus bicara lewat lagu2 pujian sederhana, firman yg sudah menguatkan membuat aku sadar memang betul kekuatan dari firman yg memampukan manusia hidup damai dalam kehidupan sehari2, berharap pada manusia kita akan terus kecewa bahkan saat kau kira dia baik ternyata manusia itu sendiri yg melukai kita baik sengaja atau tidak sengaja, manusia bisa datang dan pergi seenaknya lagi2 membuat kita kesal, sedih, marah balik lagi kita bertanya Tuhan dimana Engkau? 

Pulang gereja saya tidak kenal pendeta dan tidak pernah ketemu untuk salaman langsung juga gak pernah. Hanya saja saya mau salaman, antrian cukup panjang menjelang dekat giliran koko dan aku mengantri aku lihat pendeta itu bicara ke satu2 orang kadang serius, kadang bercanda.
Aku dengar yg ada satu bapak2 dan ibu2 salaman dengannya jaraknya cukup dekat dengan antrian kami hanya beda 2 orang.
"pak, jangan pakai kekuatan sendiri, iya kan kamu berjalan dengn kekuatan sendiri bergantung sama Tuhan." Ibu2 yg berdiri di belakangnya bilang 
"kok bapak, bisa tahu suami saya memang banyak mengandalkan kekuatannya sendiri." 

Aku hanya bergeming kok dia sepertinya tahu ya bisa berbicara sesuai dengan yang manusia itu alami.tibalah giliran koko saya salaman, pendeta itu memeluknya dan berkata "handi, selamat natal juga. Saya berdoa buat kamu Tuhan terus berkati kamu ya." Koko saya kemudian bilang terimakasih kemudian berkata "Pak Handoyo, ini adik saya hari ini kami ke gereja bersama." 
Aku salaman kemudian mata kami saling menatap 
"oh ini adiknya, hei kamu banyak2 beribadah ya, biar ada damai sejahterah saya tahu kamu hidup dalam ketakutan." 
Aku antara percaya dan tidak percaya tapi aku tidak berucap satu kalimat minta didoakan karena masalah ini dan itu. Bahkan ketika doa tumpang tangan saya tidak dengan pak Handoyo itu tapi dilayani oleh majelis, sebelum melepas jabatan tangan itu saya menarik bibir untuk tersenyum sambil bilang iya pak terimakasih". koko saya menatap heran bagaimana pak han bisa tahu aku sedang jauh dari Tuhan, bahkan dalam ibadahpun aku lebih sering melayangkan pikiranku entah kemana sebelom2nya kami pun gak pernah ketemu.
koko ku bertanya "hei kau gak cerita dengan pak handoyo kan tentang apa yg kau alami, hanya aku yg tahukan kau sedang merasakan apa?" 
Aku terdiam kemudian menjawab pelan 
"tidak, aku tidak bercerita satu kata juga gak, cuman kau yg sedikit tahu soal keraguan dan ketakutan ku meski gak banyak yg kamu tahu." 
Koko ku kemudian tersenyum "ya udh anggap saja itu pesan dari Tuhan, mel...yuk kita muter2 cari makanan" 
Hari ini mengajarku menutup hari minggu di tahun 2015, setiap luka, setiap ketidak mengertian, setiap jatuh bangun iman Tuhan tetap ada. Tahun 2015 ini Tuhan banyak bekerja lewat keluargaku yg awalnya aku sulit melihat kehadiran Tuhan di tengah keluarga terlebih ketika 2 tahun sebelomnya aku banyak memberontak, banyak bandelnya bikin keluarga khawatir terus2an dengan semua yg udh lewat terimakasih Tuhan pulihkan hubungan aku dengan mama, papa, koko2 ku.
keluarga yg hidup dipulihkan oleh Tuhan adalah yg menerima setiap anggota keluarganya, yang tahu setiap sedihnya, tahu setiap tawanya kita tanpa ada rasa pura2..Tuhan ajarin aku bahwa rumah bukan sekedar pulang ngelayap atau kerja untuk makan, tidur..disitu kita belajar saling kenal, nerima, saling perhatian, saling melihat detil, saling kasih kuping, kasih hati, kasih tangan..dan aku baru sadar bener2 di penghujung tahun 2015 ini... kalau aku balik melihat gimana jatuh bangunnya hidup, sekalipun aku menjauh sama Tuhan, disaat semua org gak ngerti bahkan menghilang Tuhan bener2 membentuk dan jagain setiap langkahku..ketika aku jatuh mungkin aku luka, nangis kemudian harus jalan lagi..ketika nyasar jalannya gelap aku harus lagi2 jatuh dan makin banyak luka yg menjadi..ketika sunyi senyap merasa hidup ini baik2 saja, eh mataku mungkin meleng sehingga gak lihat ada lubang akhirnya jatuh lagi.
Tuhan aku tahu jauhnya rancanganMu berbenturan dengan logikaku, tapi aku siap di tampi Tuhan menjelang tahun 2016. Aku siap kembali peka, kembali dekat, kembali pulang ke rencana Tuhan, saya tahu berat, sulit gak semuda yg saya bilang bahkan saya gak tahu apa yg terjadi di depan tapi soal masa depan aku hanya bisa berharap kepada Tuhan bukan pada manusia, soal pandangan orang lain aku gak peduli aku mau belajar saklek apa pandangan Tuhan dibandingkan memusingkan pikiran orang lain.

Pandangan Tuhanlah rancangan terbaik bukan rancangan buruk terimakasih buat tamparan keras di penghujung akhir tahun 2015, hati ini jauh lebih mantap berjalan bersama Tuhan di tahun 2016.



Ilustrasi terdapat disini

Salam hangat,
Melisa Dawson

Komentar

Postingan Populer