Novel Kedua (soon)

Terimakasih Untuk Cinta (Luka)

Ilustrasi dari Pinterest

Sebuah catatan hati untuk sayap cinta yang patah takkan pernah kembali seperti sediakala, bait-bait kalimat ini untuk adikku yang pernah merasakan pahitnya luka akibat cinta. Semoga lukamu cepat sembuh, aku akan selalu disini menjadi sosok kakak terbaik meski masih sulit.

ooo

Buatku sosok disampingku ini, adikku meski kami baru mengenalnya beberapa bulan. Dia bukan adik sedarah, usianya tidak terpaut jauh dariku hanya berbeda 1 tahun. Senja kala itu mengisyaratkan sebuah kesedihan dihati. Aku tahu dia sedang bersedih hati, matanya banyak menyimpan kesedihan yang tidak teralirkan lagi. Entah sejak kapan aku merasa dia seperti adikku sendiri, sejak dia memanggilku sosok cici. Aku tidak perduli dengan panggilan, tapi aku senang mempunyai adik itu harapanku sejak dulu yang tidak mungkin terkabulkan karena aku anak terakhir dikeluargaku. Hari itu kami naik kereta duduk bersisian sambil melepas penat. Kami menghabiskan waktu seharian itu, entah kenapa tapi waktu itu rasanya pemberian terbaik untuk orang yang kita kasihi. 

"Kau sudah menolaknya? Pinangan itu?" Aku bertanya padanya.

"Sudah Ci.. sudah..Humm."

"Apa yang kau pembicarakan dengannya?"

"Intinya aku menolaknya, sebenarnya jika aku menerimanya mungkin hatiku tidak semerana ini. mungkin akan berakhir bahagia." 

"...." Aku terdiam, kadang aku berpikir hidupmu beruntung dikelilingi oleh mereka yang masih mau berjuang untuk kata cinta mendapatkan dirimu entah mengapa logika dan batin rasanya aku coba pahami mengapa pinangan itu ditolak.

"Sejak mengenal dan memburu harta aku rasa pria itu berubah, aku memilih bertahan pada hati baru yang kupilih sekarang. Pria itu hilang selama satu tahun lamanya, sosok yang terlalu kucinta terlalu dalam sampai akhirnya luka menganga lebar dihati ketika dia menghilang tanpa kabar kemudian kembali tanpa aku harapkan kembali." Adikku berbicara dan aku hanya terdiam mendengar ucapannya.

"Ditelepon aku berbicara padanya, Mas.. aku sudah benar-benar hambar, hambar pada dirimu yang menghilang satu tahun tanpa pernah bisa berkabar denganku." Adikku berkata sambil menahan hujan turun dari kedua bola matanya yang indah.

Kami turun dari kereta itu kemudian berjalan menuju satu tempat yang ramai namun menyisahkan kesedihan ketika memori itu merekam kembali bayangan-bayangan manis dimasa lalu. Tempat itu terlalu besar dan ramai, namun tetap terasa sepi dihati kedua wanita yang sedang belajar merekatkan sayap-sayap cinta yang patah. Setidaknya kamu beruntung Dik, masih ada yang mau berjuang untukmu. Kamu hanya perlu memastikan hati pada pilihan. Sedangkan aku tidak terbuka pilihan untuk memilih, bagian dariku adalah harus melepas seseorang yang pernah aku harapkan ada dimasa depan kini bersisian dengan wanita lain. Aku berunjar dalam hati, meski hanya banyak mendengar, aku belajar untuk tidak menjadi hakim atas hidup orang lain seberat apapun kesalahannya, aku membenci kesalahannya tapi batinku sulit membenci pribadinya.

                                                                              ooo

Untuk pria yang pernah menyakiti adikku, jika satu waktu kita bertemu aku ingin sekali mengobrak-abrik dirimu sambil berteriak "BAJINGAN !!!" Semoga Sang Bapa tidak mempertemukan kita baik sekarang atau dimasa depan. 

"Dik, jangan ulangi apa yang sudah terjadi dimasa lalu, aku tidak berhak sungguh aku tidak layak menghakimi mu, karena aku juga penuh dengan dosa." Aku menatapnya dan aku tahu matanya benar-benar menahan semua kepedihan ketika dia harus berkata jujur apa yang terjadi dimasa lalu.

"Ci, Benar katamu. Saat hati terlanjur kecewa dalam, ia sudah tidak bisa membuat seseorang menangis. Mungkin sudah mati rasa dan terlalu pahit terasa." Perempuan itu menarik tisu kemudian menyeka matanya berkaca-kaca agar air matanya tidak tumpah membasahi pipinya.

"Itulah cinta..Terimakasih untuk cinta dan luka. Kalimat ini pantas untuk kita bisikan pada mereka sosok yang pernah kita cintai terlalu dalam hingga menjadi luka yang dalam. Terlalu manis untuk dilupa, terlalu sakit ketika harus dikenang." Aku tersenyum selesai berucap.

Dua wanita itu kemudian beranjak menginggalkan tempat ramai itu saat malam sudah memanggil untuk kembali pulang.

                                                                               ooo

Hai, ini adalah kutipan untuk cerita baru, saya akan berkerjasama dengan sahabat saya dalam membuat tulisan yang semoga menjadi novel kedua ini. Judulnya mungkin masih akan berubah seiring berjalanya kolaborasi ini. Disini masih sama, saya terlibat dalam penulisan cerita, layouting, dan ilustrasi yang mengangkat cerita percintaan berdasarkan kisah sahabat saya yang namanya masih dirahasiakan. Semoga kutipan cerita ini menjadi hawa inspirasi baru kamu menjalani hari ini.
Untuk kamu yang membaca blog ini, saya terus meminta dukungan dalam bait doa anda, untuk novel "Telisik" saat ini masih dalam tahap editor oleh sahabat saya. Jika semuanya sudah selesai saya pribadi akan mencoba mengajak kerja sama lebih serius dengan penyanyinya Danilla, dan jika semua nya sudah selesai disatu kesepakatan, barulah kami mencari penerbit yang mau membantu menerbitkannya. Terimakasih.


Salam dari aku yang masih memantaskan diri menjadi lebih baik,
Melisa Dawson

Komentar

Postingan Populer