Gadis, Hujan dan Secangkir Teh

Secangkir teh hangat menemani pagiku yang dirundung perasaan sendu ditemani hujan deras dan hawa dingin. Perasaanku selalu berubah sendu setiap kali mendengar rintik-rintik hujan, suara gemuruh dan melihat awan yang mendung. Rintik-rintik hujan turun membasahi bumi sejak malam aku tertidur pulas, pagi inipun hujan sepertinya enggan beranjak. Hujan masih terus betah membasahi Jakarta dengan setia. Apa kabarnya kamu yang jauh di sana? Sejujurnya aku sudah lama menggapmu masa lalu, masa itu sepertinya kembali hangat terasa setiap kali aku menatap matamu. Aku malu layaknya gadis yang takut jatuh cinta lagi padamu. Hal yang paling bodoh yang harus aku akui adalah aku masih ingin bersamamu meski tak cukup keberanian ini mengajakmu kembali bersua. Kamu sepertinya sibuk dengan duniamu sendiri, atau mungkin kamu sedang asyik dengan seseorang yang baru. Akh...maafkan aku yang selalu suka berasumsi sendiri tanpa mau mendengarkan kamu sedikitpun. Asumsi itu yang kadang membuat aku ragu untuk memiliki keberanian untuk bersisian bersamamu lagi. Aku masih belum bisa beranjak seperti hujan yang setia menemani bumi hari ini, tapi entah dengan kamu? 




Kadang, aku juga tidak mau jadi pengecut takut mencintai orang lain seperti aku pernah mencintaimu. Hati ini selalu tak jua bisa singkron dengan logika. Saat aku mencintai orang lain entah kenapa hati kecilku selalu membuka memori kecil untuk mengingatmu. Ragu itu kembali muncul dan aku lagi-lagi takut jatuh cinta dengan orang lain selain kamu. Kamu alasan aku betah untuk menanti, meski berulang kali kamu tidak peka dengan kehadiranku. Kamu alasan untuk aku belajar tulus memberi meski tak terbalas. Kamu alasan hatiku selalu ingin pulang meski telah jauh berkelana entah kemana, aku selalu ingin pulang kembali. Pulang kembali ketempat yang aku sebut rumah saat berdekatan denganmu. 



Aku tidak juga tahu sampai kapan harus menanti, sampai kapan hujan akan terusir oleh sinarnya matahari. Aku tidak tahu apakah akhir kisah ini manis atau menyakitkan? Sejujurnya aku hanya seorang takut kehilangan, aku takut kehilangan kamu maka aku lebih memilih menikmati hujan ini sendirian tapi aku selalu berusaha memberi tanda, aku ada untukmu. Aku ada di dekatmu, aku ada di sekitarmu, aku menatapmu dari kejauhan. Aku tidak kemana-mana, meski satu waktu mungkin kita akan benar-benar terpisah. Aku mungkin hilang secara raga, entah terpisah oleh jarak dan waktu tapi....



Percayalah hatiku tetap terpaku untuk waktu yang lama pada satu orang yaitu kamu, Pangeran masa kecil dalam hidupku.

Aku menyudahi tulisan hari ini sambil menyeruput habis secangkir tehku yang sudah dingin, ku layangkan padangku pada sisi jendela rupanya hujan juga mulai reda. Semoga pagimu menyenangkan.

Kalau kamu akhirnya membaca dan merasa tulisan ini untukmu, semoga tidak ada kata terlambat untuk kesekian kalinya.

Dari aku yang tetap menikmati penantian untuk kembali bersamamu,
Melisa Dawson.

Komentar

Postingan Populer