Catatan Seorang GuMuRu | Ep.1

Jakarta, 17 Juli 2017

Hari pertama saya memutuskan keluar dari zona aman, mendedikasikan diri untuk menjalani pilihan menjadi seorang guru muda baru (GuMuRu) saya menyingkatnya demikian. Sejujurnya, dalam perjalanan yang tidak selalu mulus dalam mendidik murid saya sendiri selalu menyediakan waktu untuk berdoa setiap kali membuka mata dan memejamkan mata. Rasanya saya tidak pernah sedemikian berserah dan bergantung sama Allah, memohon diberikan hikmat dan penyertaannya sepanjang hari untuk bertemu anak -anak. 

Hari pertama, seperti biasa saya membuat perkenalan singkat dan memberikan materi *prolegomena  pelajaran SBK, mengapa kita penting belajar SBK. 

*(prolegomena/pro·le·go·me·na/ /prolégoména/ n kata pengantar yang memberikan uraian mengenai tulisan atau karangan ilmiah)

Prolegomena ini untuk semua mata pelajaran, guru wali kelas dan bidang studi wajib menyampaikannya kepada murid meskipun masih SD. Nah saya menyampaikan prolegomena untuk kelas 4-6 SD, intinya apa pentingnya belajar SBK dan bagaimana kita harusnya bersikap ketika sudah belajar SBK dari sekarang. Anak terbiasa hidup displin, tekun, saling menghargai, anak punya sikap yang tepat ketika mengunjungi museum seni atau pertunjukan seni. Masa sekarang berapa banyak orang dewasa sulit mengontrol diri ketika berkunjung di museum kesenian? berapa banyak malah justru mereka ajarkan anak kecil untuk bertingkah tidak tepat ketika sedang menonton pertunjukan seni? misalnya datang terlambat ketika menonton konser musik, berpakaian tidak rapi saat menonton konser resmi, mondar mandir saat pertunjukan berlangsung, berfoto2 ria selama di museum/ konser berlangsung tanpa pernah belajar apa makna karya seni itu sesungguhnya, terbiasa menyentuh barang seni di museum,dsb.

Saya rasa itulah pentingnya seorang belajar seni supaya mereka tepat dalam bertindak dan menjadi contoh untuk generasi yang lebih mudah.

Selesai perkenalan dan membawakan kata pengantar untuk SBK, saya menyempatkan waktu untuk bertanya pada anak-anak apa hobby atau cita-cita mereka ketika dewasa? Saya mencatatnya dengan cepat dalam keterbatasan waktu meski tidak semuanya tercatat. Sewaktu membaca catatan tentang hobby atau cita-cita murid, aku lagi-lagi diingatkan punya tugas untuk membawa mereka dalam doa. Tidak perlu semuanya, satu atau dua orang saja cukup. Ketika membaca catatan kecil saya tentang cita-cita setiap anak, ada anak yang ingin jadi seorang pendeta, seorang guru, seorang peneliti bidang serangga, seorang peneliti tumbuhan, seorang youtuber, seorang pilot, seorang guru sekolah minggu,seorang dokter bagi sesamanya. Kadang saya terharu membacanya ulang, terlepas masih ada murid yang tidak tahu cita-citanya mau jadi apa. Melihat semangat murid kelas 4-6 SD yang sudah tahu mau jadi apa rasanya kalau saya flashback, masa kecil saya belum seberani mereka mengutarakan cita-cita mereka hingga semua teman-temannya tahu.

Dalam 1 kali pertemuan satu - dua minggu, ku hitung semua jumlah murid yang aku jumpai terhitung ada 739 Siswa. Saya sempat mengeluh pada Tuhan dan pada orang-orang terdekat, sulit bagiku mengingat nama seseorang. Kenal wajahnya, tapi lupa namanya. Ketika berdoa mungkin saya tidak ingat sama sekali wajahnya dari list nama yang ada, saya sebut namanya dalam doa. PR besar buat seorang GUMURU adalah mengingat wajah dan nama mereka. Setiap kali masuk kelas aku coba menambah harus ada 1 orang yang bisa aku hafalkan namanya dan wajahnya. Ada satu lokasi dimana satu angkatan punya 3 pasang anak kembar, dua pasang kembar identik, 1 pasang kembar tidak identik. Itu juga PR buat menghafal nama anak kembar, sekaligus saya melihat keajaiban ciptaan Tuhan bahwa kembarpun bisa punya karakter, kemampuan serta hobby yang berbeda-beda. 

Tiga minggu sudah bersama murid-murid, banyak kejadian yang mengesankan. Dari kejadian lucu, kejadian menguras emosi, dan banyaklah hal-hal yang mengesankan rasanya nano-nano ketika terjun menjadi seorang guru. Salah satu kejadian mengesankan adalah saya pernah ditolong oleh murid-murid ketika salah menulis di awal pertemuan kelas, saking gugupnya spidol yang ada di dalam genggaman tangan saya adalah spidol permanet. Selesai menulis, saya baru sadar spidolnya permanet. Dalam kesusahan saya, tiba-tiba murid langsung berinsiatif menggambil minyak kayu putih dan membantu saya menghapus papan tulis tersebut. Saya dibuat kagum dengan ide mereka dan insiatif mereka. Hari itu saya belajar berterimakasih pada murid atas ide mereka menghapus papan tulis yang sudah terlanjur terkena spidol permanet dengan minyak kayuputih (Asli saya baru tahu ternyata bisa loh) 😉 dan atas insiatif mereka membantu saya secara tanggap. 😊

Ada bagian yang saya paling sukai, ketika menjalani profesi pendidik selain mengajar gambar, saya punya waktu untuk punya sesi caring dengan murid, di sesi itu saya punya waktu singkat, biasanya jam istirahat untuk banyak ngobrol tentang kehidupannya, dan dapat mendoakannya bila memang diperlukan. Saya baru menerapkannya dalam minggu-minggu ini, minal setiap kali saya masuk kelas pada saat ada jam istirahat saya gunakan untuk punya waktu memperhatikan satu murid secara personal.

Sekian dulu catatan harian seorang GuMuRu, selama tiga minggu ini bersama murid-murid yang luar biasa. Terimakasih sudah memberikan warna yang unik dalam kanvas kehidupan saya. Tuhan yang akan pimpin perjalan hidup kita selama satu tahun ajaran ini. 💖 Untuk rekan-rekan yang juga baru menjadi guru pertama kali, tak ada penguatan dari saya. Karena kekuatan itu datanya dari Tuhan, hikmat juga datangnya dari Tuhan. Maka banyaklah berdoa sebelum memulai hari dan menutup hari dengan ungkapan syukur. Apapun itu profesinya ketika kita bergantung pada Tuhan percayalah kekuatan dan penghiburan itu pasti ada. 👌

Salam dari GuMuRu,
Melisa. 





Komentar

Postingan Populer