Hening, Jarak & Rindu.

Aku cuman duduk, menanti kabar-kabar dari manusia yang pernah dekat denganku. Apakabarnya dia yang dulu begitu semangat untuk bersua denganku? Aku rindu kabarmu, tapi mungkin kau sedang sibuk atau memang kau menghindar untuk menghilang dari hidupku? Entahlah, hanya kau yang tahu kejujuran itu. Aku sudah biasa berkawan dalam sepi, kadang mati rasa hati ini ketika terlalu sering terluka sampai-sampai aku tak mau lagi terlalu berharap pada pria. Pria yang kebanyakan menyapa, tertarik, kemudian menghilang setelah aku hampir saja percaya kamu orang yang tepat ternyata tidak juga, kamu sama saja dengan pria yang aku kenal suka menghilang tanpa jejaknya. Aku bukan anti terhadap pria, radar ketertarikanku masih berfungsi hanya saja dia lebih hati-hati untuk menitipkan hatinya pada orang lain.

Kau jangan khawatir tentang perasaanku, aku sudah cukup sabar menanti dalam hening. Otak dan perasaanku siap mendengar jika kau punya alasan untuk kembali menjelaskan tentang jarak yang kau bangun ini. Aku siap dan sangat siap, kali ini izinkan aku tahu apa salahku ? hingga hening memisahkan jarak yang pernah begitu dekat. Aku rindu kita kembali bersua seperti dulu.

Hei, aku tidak marah. Jelaskan dan katakan saja yang jujur aku siap mendengarkan dengan sabar. Batinku berbisik Aku rindu dengan dirimu yang dulu. Kamu yang perhatian dan selalu bersemangat untuk bersua denganku. Aku tahu ada sebab mengapa kau berubah begitu dingin, kali ini aku buta maka izinkan aku tahu sebabnya agar kita bisa sedekat dulu. Ok, kalau kita tidak bisa dekat aku harap jadikan hubungan kita teman dekat itu saja cukup. Jangan acuh denganku, jangan seolah tak kenal padahal kau tidak begitu, jangan pergi seolah kau ingin dikejar, jangan membuatku bingung harus menanti atau melewatkanmu. Bicaralah kita sudah sama-sama dewasa, bicaralah soal kejujuran hatimu dan hatiku. 

Berkali-kali aku ingin bertemu, namun kau cuek seolah ingin bicara waktuku berharga dan aku tidak punya waktu bertemu untuk duduk berdua !
Ya, aku tahu waktu kamu tidak sebanyak dengan waktuku, entah itu alasan atau memang hampir semua pria yang memang mau menghindar selalu mengucapkan kalimat tersebut. Sabar, adalah kawan terbaik meski akhirnya aku lagi-lagi harus kecewa entah hari itu sulit aku dapat. Permintaan seorang wanita untuk meminta sedikit waktu dari orang yang pernah dekat dengannya. Mungkin Pria itu seperti presiden, walau nyatanya dia bukan presiden tapi waktunya sulit sekali untuk ditemui. Aku tidak sedang menyindirmu, tapi renungan buat dirimu. Kau sekarang bukan seorang presiden, bukan seorang artis, bukan seorang penting yang satu dunia membutuhkan kehadiranmu hanya butuh 1-2 jam kita bicara sebagai temanpun sulit sekali kau membagi waktu 7x24 jam mu? Ya itu bagian dari ada yang salah dengan kau mengatur waktu atau memang ya sudah kamu tidak menganggap kita teman yang butuh bicara lagi. Akupun siap kalau kau memang beranggapan demikian, sabarnya wanita juga ada batasannya jika sudah saatnya habis mungkin saat kau ingin berbalik semua sudah terlambat. Kau ingin mengajakku bertemu mungkin aku sudah sulit, entah kita yang sudah tinggal di satu tempat yang sama atau aku rasa memang tidak perlu kita bicara karena aku sudah menemukan kebahagiaan yang lain.

Kali ini masih ada hening memisahkan jarak kita, air mata meluncur sesekali dari mataku saat membaca kisah kita di masa lalu. Kisah manis tentang kasih tulus itu pernah ada di hati kita. Kasih yang rela menanti meski tersiksa, kasih yang mungkin sekarang berubah jadi hening dan gengsi di antara seluk kejujuran hati kita. Sampai kapan kita harus seperti ini? Sampai kapan kita harus hening dan berjarak? Sementara waktu terus merekam jejak kisah kita dalam hening, jarak, dan rindu.


Membaca lembaran kisah kita di masa lalu, aku menantimu dalam lembaran hening yang menyesakan, jarak yang membentang, dan rindu yang meradang.

Salam Hening dari aku yang masih menantimu.
Melisa Dawson

Komentar

Postingan Populer